“Kalau sudah menonton, Anda akan tahu bahwa video musik ini adalah salah
satu yang termahal,” kata Xia Junsu soal video musik “Tarantallegra”
miliknya yang menghadirkan fantasi epik dengan efek dan kostum yang
mewah.
Promosi musim panas K-pop tahun ini menjadi ajang video
musik berbiaya mahal. Popularitas K-pop dan artis-artisnya yang melunjak
membuat manajemen tak segan menggelontorkan dana besar untuk pembuatan
video musik.
Starship Entertainment misalnya, menarik saldo sebesar US $172.000 (Rp 1,6 miliar) untuk membiayai video musik terbaru Sistar, “Loving You”.
Itu termasuk biaya produksi yang dilakukan di Hawaii serta membayar
model internasional dan pesawat yang digunakan dalam video.
Sebelumnya,
boyband veteran Shinhwa menghabiskan US $200.000 (Rp 1,8 miliar) untuk
video musik “Venus”. Sedangkan boyband baru DSP Media, A-Jax
mengeluarkan US $50.000 (Rp 470 juta) hanya untuk efek komputer grafis
di video “One 4 U”. Dan baru-baru ini, Cube Entertainment memboyong B2ST
untuk syuting video musik di New York yang pastinya menghabiskan biaya
besar.
Tetapi untuk urusan buang-buang uang, tak ada yang mengalahkan Core Content Media.
Video
musik terbaru dari T-ara “Day by Day” yang rilis 3 Juli lalu merupakan
film laga mini berdurasi 16 menit. Dan itu baru bagian pertama. Jika
merujuk pada konsep sama yang digunakan untuk “Cry Cry” dan “Lovey
Dovey”, biaya produksinya ditaksir akan mencapai US $ 1 juta (Rp 9,4
miliar).
Girlband baru Core Content Media juga tak kalah
dimanjakan. Video musik “Honey Honey” milik Gang Kiz yang dibuat di
Eropa, menghabiskan US $ 880.000 atau setara Rp 8,2 miliar.
Menariknya, manajemen besar SM Entertainment tak terpengaruh dengan perang gengsi ini. Video musik “Electric Shock” milik f(x) yang mereka asuh, memiliki latar yang terlalu biasa untuk sebuah grup yang dinantikan untuk kembali.
Video musik terbaru Super Junior, “Sexy, Free & Single”
pun tak kalah efisien. Mereka kembali menampilkan konsep menari di
dalam kotak yang tetap sama dengan video musik sebelumnya, seperti
“Mr.Simple”, “A-Cha”, “Bonamana”, hingga “Sorry Sorry” tiga tahun lalu.
Tak
heran jika SM Entertainment dianggap terlalu irit, kalau tak mau
dibilang pelit. Bahkan video musik “Oh My God” milik Taetiseo membuat
banyak penggemar kecewa karena terlihat seperti slideshow.
Dan
bukan hanya memangkas biaya, video musik artis SM Entertainment
belakangan juga menyelipkan banner iklan. Banner iklan ini merupakan
bagian dari video, sehingga tidak dapat dihilangkan begitu saja.
Dimanapun ditampilkan, banner iklan akan muncul di bagian bawah video.
Secara
bisnis, ini langkah strategis. Dengan video musik berbiaya rendah, SM
Entertainment malah menambah laba lewat banner iklan.
“Jika saya
hanya memikirkan pasar Korea, (video) ini berlebihan. Tetapi saya tahu
bahwa video ini dilihat penggemar seluruh dunia,” kata Junsu memberi
pembelaan terhadap video musiknya yang mahal.
Nyatanya, video
“Electric Shock” dari f(x) yang digarap secara pas-pasan mampu meraup 1
juta pemirsa di YouTube dalam sehari. Dalam tiga minggu, jumlah pemirsa
hampir menembus angka 17 juta. Video Super Junior “Sexy, Free &
Single” yang berkonsep membosankan pun tak kalah sukses, mencapai angka 1
juta pemirsa dalam waktu kurang dari 12 jam.
Dengan itu SM Entertainment seolah menunjukkan, video musik mahal itu mubazir dan hanya sekadar adu gengsi.
# Anzarra Djahran