Rabu, 01 Agustus 2012

Adu Gengsi Video Musik Mahal K-Pop. Mubazir?

“Kalau sudah menonton, Anda akan tahu bahwa video musik ini adalah salah satu yang termahal,” kata Xia Junsu soal video musik “Tarantallegra” miliknya yang menghadirkan fantasi epik dengan efek dan kostum yang mewah.

Promosi musim panas K-pop tahun ini menjadi ajang video musik berbiaya mahal. Popularitas K-pop dan artis-artisnya yang melunjak membuat manajemen tak segan menggelontorkan dana besar untuk pembuatan video musik.

Starship Entertainment misalnya, menarik saldo sebesar US $172.000 (Rp 1,6 miliar) untuk membiayai video musik terbaru Sistar, “Loving You”. Itu termasuk biaya produksi yang dilakukan di Hawaii serta membayar model internasional dan pesawat yang digunakan dalam video.

Sebelumnya, boyband veteran Shinhwa menghabiskan US $200.000 (Rp 1,8 miliar) untuk video musik “Venus”. Sedangkan boyband baru DSP Media, A-Jax mengeluarkan US $50.000 (Rp 470 juta) hanya untuk efek komputer grafis di video “One 4 U”. Dan baru-baru ini, Cube Entertainment memboyong B2ST untuk syuting video musik di New York yang pastinya menghabiskan biaya besar.

Tetapi untuk urusan buang-buang uang, tak ada yang mengalahkan Core Content Media.

Video musik terbaru dari T-ara “Day by Day” yang rilis 3 Juli lalu merupakan film laga mini berdurasi 16 menit. Dan itu baru bagian pertama.  Jika merujuk pada konsep sama yang digunakan untuk “Cry Cry” dan “Lovey Dovey”, biaya produksinya ditaksir akan mencapai US $ 1 juta (Rp 9,4 miliar).

Girlband baru Core Content Media juga tak kalah dimanjakan.  Video musik “Honey Honey” milik Gang Kiz yang dibuat di Eropa, menghabiskan US $ 880.000 atau setara Rp 8,2 miliar.

Menariknya, manajemen besar SM Entertainment tak terpengaruh dengan perang gengsi ini. Video musik “Electric Shock” milik f(x) yang mereka asuh, memiliki latar yang terlalu biasa untuk sebuah grup yang dinantikan untuk kembali.

Tangkapan layar video klip Super Junior "Sexy, Free & 
Single"Video musik terbaru Super Junior, “Sexy, Free & Single” pun tak kalah efisien. Mereka kembali menampilkan konsep menari di dalam kotak yang tetap sama dengan video musik sebelumnya, seperti “Mr.Simple”, “A-Cha”, “Bonamana”, hingga “Sorry Sorry” tiga tahun lalu.

Tak heran jika SM Entertainment dianggap terlalu irit, kalau tak mau dibilang pelit. Bahkan video musik “Oh My God” milik Taetiseo membuat banyak penggemar kecewa karena  terlihat seperti slideshow.

Dan bukan hanya memangkas biaya, video musik artis SM Entertainment belakangan juga menyelipkan banner iklan. Banner iklan ini merupakan bagian dari video, sehingga tidak dapat dihilangkan begitu saja. Dimanapun ditampilkan, banner iklan akan muncul di bagian bawah video.

Secara bisnis, ini langkah strategis. Dengan video musik berbiaya rendah, SM Entertainment malah menambah laba lewat banner iklan.

“Jika saya hanya memikirkan pasar Korea, (video) ini berlebihan. Tetapi saya tahu bahwa video ini dilihat penggemar seluruh dunia,” kata Junsu memberi pembelaan terhadap video musiknya yang mahal.

Nyatanya, video “Electric Shock” dari f(x) yang digarap secara pas-pasan mampu meraup 1 juta pemirsa di YouTube dalam sehari. Dalam tiga minggu, jumlah pemirsa hampir menembus angka 17 juta. Video Super Junior “Sexy, Free & Single” yang berkonsep membosankan pun tak kalah sukses, mencapai angka 1 juta pemirsa dalam waktu kurang dari 12 jam.

Dengan itu SM Entertainment seolah menunjukkan, video musik mahal itu mubazir dan hanya sekadar adu gengsi.

# Anzarra Djahran